FAQ Ujian Hidup


Bismillahirrahmanirrahim ...

Dalam hidup ada satu kata yang sangat sering disebutkan oleh orang-orang. Tak hanya disebutkan bahkan kadang sampai ditangisi. Satu kata itu adalah ‘Ujian’. Ujian sering ditafsirkan sebagai suatu beban yang amat berat dalam hidup entah itu berupa kehilangan, kesedihan, atau kesusahan. Sejauh yang saya tahu, ujian dalam hidup punya kesamaan prinsip dengan makna ujian yang sering kita jalani sewaktu di bangku sekolah yaitu proses yang menentukan sanggupkah kita naik ke tingkat yang lebih tinggi lagi. Dalam hidup artinya cenderung menjadi manusia yang punya tingkatan lebih tinggi dalam melakoni aspek hidup yang penilaian akhirnya hanya Allah SWT yang tahu. Maka sejatinya, ujian tak hanya menghampiri kita dalam bentuk kesulitan tapi juga kemudahan.

Dari pengamatan saya Ada beberapa ‘pertanyaan’  umum dan paling sering di lontarkan ketika kita sadar bahwa kita sedang ada ditengah ujian.

1.       Mengapa saya di berikan ujian?

Pertanyaan pertama ketika sadar sedang berada ditengah-tengah ujian, mengapa saya diberikan ujian? Yang kemudian kadang berkembang jadi pertanyaan sejenis seperti Mengapa harus ada ujian didalam hidup saya? Dan mengapa harus saya?

Dari yang saya tahu, sejatinya kita dilahirkan memang untuk diberikan ujian. Dijelaskan dalam surat Al Insan Ayat 2 (yang artinya) :

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat (QS 76 : 2)

Yang maha pencipta memang menciptakan manusia untuk diberikannya suatu ujian, maka kita sebagai mahluknya dibekali berbagai anugerah untuk mengarungi ujian tersebut seperti pendengaran, penglihatan dan indera lainnya. Maka seharusnya kita tak perlu heran ketika kita sadar tengah berada dalam satu ujian hidup, itulah jalan yang memang harus dilewati bukan dihindari.

2.       Mengapa saya tidak mendapatkan hal yang saya idam-idamkan?

Kita pasti punya barang idaman, pekerjaan idaman, atau bahkan calon pasangan idaman. Untuk memiliki hal idaman tersebut pasti kita juga sudah mengukur diri apakah kita pantas memilikinya atau tidak. Tapi ternyata, walaupun sudah merasa pantas dan bahkan sudah berusaha, kita belum juga mendapatkannya. Mengapa?

Ada pepatah yang mengatakan bahwa yang paling mengetahui diri kita adalah kita sendiri. Misalnya saya, saya tahu saya punya kompetensi yang cukup untuk lolos dalam suatu beasiswa, saya sudah berusaha keras berlatih agar bisa mengerjakan semua tes nya. Yang lebih penting lagi saya merasa punya pengenalan di negeri tujuan beasiswa itu lebih baik dari sebagian orang.

Tapi nyatanya saya tidak pernah lolos di beasiswa itu.

Saya sudah mengeluarkan banyak kemampuan yang saya miliki untuk beasiswa itu dengan mengenal batasan saya sendiri juga. Tahu apa yang mungkin jadi titik kelemahan saya juga apa yang bisa jadi kelebihan saya. Tapi kemampuan pengenalan diri saya itu nampaknya tidak cukup. Ada yang lebih tahu tentang saya, yang paling baik untuk saya. Yang maha pencipta Allah SWT.

Sekarang ini saya baru sadar, saya masih punya rasa takut yang tersembunyi. Saya mungkin berani berpetualang yang jauh bersama teman-teman tanpa takut tersesat, selama... nantinya saya tahu kapan saya akan pulang. Tapi jika saya tidak punya gambaran kapan bisa pulang, hal tersebut ternyata bisa menimbulkan ketakutan buat saya. Bayangkan kalau saya mungkin mendapatkan beasiswa, pasti butuh waktu lama untuk adaptasi dan akhirnya akan mengganggu proses yang berjalan.

Itulah, Allah SWT maha tahu sifat terkecil yang kita punya dan mengatur apa yang memang baik untuk kita. Seperti dijelaskan dalam surat Al Baqarah ayat 216 (yang artinya) :

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS 2 : 216)

Apa yang kita inginkan belum tentu yang baik untuk kita. Kita kadang diliputi sifat lupa tentang semua bagian dalam diri kita sehingga akhirnya keinginan kita tidak sejalan dengan apa yang diridhoi oleh Allah SWT. Maka dari itu, jangan lupa untuk selalu memohon diberikan  hal yang paling baik, lalu jalani hal yang datang dengan sebaik-baiknya, selanjutnya Allah yang akan menuntun kita bila kita berada di keinginan yang salah.

3.       Mengapa ujiannya seberat ini?

Seperti yang saya katakan sebelumnya ujian tak selalu datang dalam bentuk kesulitan. Orang yang dalam hidupnya nampak bahagia juga ada dalam ujian. Maka berat atau tidaknya itu relatif, apa kita memandangnya pertama kali sebagai hal yang sulit lalu hanya terus berpikir tidak mungkin bisa, atau langsung berusaha menyelesaikan ujiannya.

Tapi Allah SWT tidak pernah memberikan ujian yang tidak bisa kita selesaikan. Seperti dijelaskan dalam surat Al Baqarah ayat 286 (yang artinya) :

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." (QS 2 :286)

Ini bukti bahwa tidak ada ujian yang datang yang tak bisa kita selesaikan. Maka sepertinya kita harus kurangi dalam pikiran kita kalimat ‘tidak mungkin bisa’. Semua bisa terjadi jika dijalani, semua kesulitan bisa kita kalahkan kalau kita mau menjalani. Jangan pernah berhenti di kalimat ‘saya tidak bisa’.

4.       Bagaimana saya bisa membuang rasa frustasi?

‘Sudah terlanjur berhenti di kata tidak bisa nih, sudah cukup saya frustasi karena ujian ini.’

Frustasi memang gawat. Banyak orang bisa mati mengenaskan karena frustasi. Orang cenderung sulit melihat peluang yang ada ketika frustasi. Dalam beberapa kasus, orang yang sudah frustasi memang sulit didorong untuk bangkit lagi, tapi bukan berarti tidak bisa lagi.

Selalu ingat, kita adalah manusia. Mahluk yang diciptakan Allah dengan sebaik-baiknya bentuk dan sepandai-pandainya akal. Ini adalah kendaraan hidup kita, selama belum mati berarti kita masih bisa berkelana mencari kebaikan dan rezeki yang ada di bumi. Segala hal yang melekat pada manusia adalah berkat yang luar biasa. Kehilangan beberapa kesempatan tak berarti kita kehilangan hidup kita, selama akal ini masih berfungsi dengan baik ada jalan lain yang bisa ditempuh ada kesempatan lain yang bisa kita raih.

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (QS Al-I’mran : 139)

Selalu ingat untuk berdoa, mohonkan lah segala kebaikan pada yang Maha Mendengarkan. Allah SWT maha tahu apa yang kita inginkan, tapi Allah SWT juga memerintahkan kita untuk berdoa dalam mencapai sesuatu.

Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina. (QS Al Mu’Min :60)

Selalu ingat kita tidak pernah sendiri. Jangan pernah merasa sendirian hingga akhirnya frustasi datang. Allah SWT itu sangat dekat dengan hambanya. Teruslah berdoa, mengerjakan segala perintah dan menjauhi larangannya.

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.  (QS Al Baqarah : 186)

5.       Kepada siapa saya harus berharap?

Harapan salah satu hal yang harus terus ada dalam hidup. Karena sebegitu pentingnya, sudah seharusnya kita menggantungkan harapan kepada tempat yang tepat. Tempat yang kuat untuk menopang mimpi kita yang mau menangkap harapan kita seandainya kita jatuh. Yaitu Allah SWT semata.

Menempatkan harapan hanya pada Allah SWT berarti percaya bahwa kendali seluruhnya berasal dari Allah SWT. Hanya Allah yang maha kuasa mengatur segala suatunya dan mahluknya hanya sebagai perantara. Jangan sampai terjebak karena salah menggantungkan harapan kepada selain Allah yang membuat kita terpleset kedalam syirik. Misalnya Berpikir saya akan bisa lolos ini itu karena jimat ini , saya bisa mendapatkan ini itu karena minum ini itu, pakai ini itu. Saya rasa itu bukan bentuk usaha yang baik, bahkan bukan bentuk usaha sama sekali.

Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung." (QS AT Taubah :129)


Cukup terus berusaha taati perintah Allah dan jauhi larangannya itu adalah suatu usaha yang paling baik yang dilakukan. Iringi dengan doa, sampaikan harapan kita kepada Allah SWT, nanti Allah SWT yang mengarahkan kemana kita harus berjalan menggapai harapan kita.

Dalam menghadapi ujian ini, yuk sama sama kita benahi diri untuk terus mempersembahkan yang terbaik. Pantang menyerah dimanapun dan kapanpun. Selama Allah SWT masih jadi tumpuan, Insya Allah kita akan mampu menghadapinya. Mari terus sama-sama berdoa :

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)." (QS Ali Imran : 8)

Just another little reminder for me and you

Wallahu A’lam Bishawab





Post a Comment

Lebih baru Lebih lama